Sabtu, 31 Maret 2012

 Belajar Sabar dari Seorang Pepeng


 

Sebelum saya sakit, saya selalu road show. Aspek yang saya fokuskan adalah dalam rangka jihad i'lami, sharing informasi tapi lebih ke multmedianya. Pada tanggal 29 Mei 2007, resmi berdiri Islamic Broadcasting Forum.

Dari aspek ide, sudah bagus. Mungkin peralatan yang masih perlu peningkatan.
Saya dan isteri sudah janji. Kalau sudah enakan, mau buka lagi seperti di daerah Wanayasa Purwakarta. Melalui desa binaan itu, saya berencana mau dibuatkan radio. Subhanallah, tuh radio efektifnya bukan main dari sisi dakwah.

Banyak sekali hikmah yang ana bisa dapat selama ana sakit. Yang bener-bener sekarang saya paham, bahwa kata adalah fakta. Bukan pembentuk fakta. Kalau kecerdasan interpersonal saya, jadi saya mengoreksi diri saya, mengenali diri saya, mencari kata yang pas untuk diri saya itu salah. Berarti semua respon saya salah. Artinya, bahwa semua akhlak saya tidak sesuai dengan apa yang diajarkan.

Jadi, sekarang saya ngertiii sekali, kenapa Rasulullah menganjurkan kita untuk bicara sesuai dengan bahasa kaum. Wah, ini dalem banget buat saya.
Saya kan sedang mempersiapkan diri untuk menyelesaikan S3. Tapi, belum dapet-dapet. Karena, memang di Indonesia belum ada institusi kuliah jarak jauh, kecuali UT.

Saya merenung, apa sih yang membentuk dunia ini. Setelah saya cari, ya kata. Hatta, Allah dengan firman-Nya yang absolut, mutlak benar, tidak spekulatif, tidak asumtif; itu semua kata.
Itu semua yang akhirnya membuat saya jauuuh lebih dekat kepada keluarga saya.
Saya minta maaf ke isteri saya. Ternyata selama ini, saya nggak pantes menjadi suami. Dari semua buku yang saya baca, Rasulullah belum pernah membuat susah isterinya. Rasulullah selalu menghandle dirinya sendiri.
Belakangan ini, bahkan dalam mengartikan sakit saya, dalam kalimat pun itu sangat penting bagi diri saya. Misalkan kalau saya katakan, ini adalah musibah. Kayaknya, kita terlalu kecil sampai dikasih musibah sama Allah. Wallahu a'lam, apa saya salah.

Tapi menurut apa yang saya pahami, bahwa Allah tidak menghinakan orang sakit. Justru, Allah memberikan previlej untuk orang sakit dengan selalu dekat dengan yang sakit. Dari situ, ketakutan saya jadi hilang.
Waktu luka saya membesar, saya berduaan dengan isteri saya sudah kayak profesor. Apa yang mesti saya lakukan? Kalau toh kita ke dokter, ya aspek ekonomi lah. Yang kedua, mereka akan bolongin lagi. Dan saya sudah ngalamin dibolongi sampai 18 senti.

(Penyakit yang menjangkit di tubuh Pepeng, akhir-akhir ini memunculkan luka di bagian belakang tubuh. Luka itu terus membesar dan mengeras. Karena itu, salah satu pengobatannya adalah dengan mencongkel luka itu.)

Terus saya bilang, apa saya nyerah aja ya. Nah, ini yang salah. Waktu disiapin pisau yang akan nyayat saya, isteri seperti ingin bilang, saya takut.

Ternyata, dialog kami itu salah. Kita tidak saling mendukung. Nggak mungkin saya akan maksa dia. Kedua, kalau fear factor dia masih ada, sedangkan saya sudah hilang, saya harus ngajak dia. "Ya udahlah. Pokoknya kalau ada apa-apa, kamu nggak takut kan. Coba cek, congkel."
Bayangin, Allahu Akbar. Isteri saya ini baja banget. Anak-anak hampir nggak percaya kalau saya diurus oleh isteri yang sopan banget. Semuanya dia urus.

(Selama sakit, Pepeng tidak bisa menggerakkan tubuhnya kecuali bagian pusat ke atas. Karena itu, ia hanya terbaring di tempat tidur. Selama itu pulalah, semua keperluan ditangani isteri beliau. Mulai dari ganti pakaian, selimut, hingga bersih-bersih diri.)
Saya kan nggak bisa ngurus buang air besar dan kecil sendiri. Semua diurusin isteri saya. Subhanallah!
Waktu luka saya dicabut isteri saya, saya lagi tidur. Saya tanya, kenapa saya nggak dibangunin. Dia bilang, nggak. Aku takut nanti kamu panik. Saya bilang, apa iya saya kelihatan panik? Dia bilang, ya nggak lah.
Dulu kalau saya dapat komentar dari isteri saya tentang sakit saya, saya langsung down. Nyungsep. Makanya, saya mohon pada Allah, supaya diberi kecerdasan interpersonal. Ya Allah, kenalkan saya pada diri saya, supaya aku bisa mengenal takdirMu dari sudut pandang yang bagus sekali.

Jadi, dengan berkata-kata dengan Allah, selalu muncul kekuatan pada diri saya.
Jadi, walaupun saya merasakan sesuatu yang nggak enak pada diri saya, saya selalu mengucapkan, terima kasih ya Allah. Karena saya tahu itu semua merupakan proses menuju kesembuhan diri saya.
Saya yakin, dari semua ilmu yang saya pelajari, kalau ada rasa sakit yang berhenti, itu artinya ada perbaikan. Apalagi kalau sakit itu membaik.

Dari semua itu, saya selalu mengeluarkan statemen kepada Allah. Saat itu juga, ruhani saya jadi sehat. Dan kalau ruhani sehat, insya Allah, urusan jasmani jadi terasa kecil.
Jadi, di antara hikmah yang bisa saya petik, kata-kata itu luar biasa. Hati-hati sekali dengan kata-kata.
Bahkan ketika saya ngomong sama anak-anak saya, rangkaian kata-kata itu tidak harus keluar. Semua linguistik yang ada di tubuh kita program perilakunya itu ada dalam kata-kata.

Rasulullah saw. pernah melarang sahabat memarahi orang yang kencing di sebarang tempat. Soalnya, kencing itu bisa dibersihin. Tapi, hati itu sulit dibersihin.
Ketika bicara dengan anak-anak, Rasulullah selalu menyamakan tingginya dengan anak-anak. Jadi, mata dengan mata. Tidak ada superior dan imperior.
Kalau seorang anak yang sampai mendongak ketika berkomunikasi dengan orang tua, sebenarnya secara psikologis komunikasinya itu tidak jalan.
Saya perhatiin, apa yang terjadi di lingkungan kita itu pun karena ketidakbenaran susunan kata-kata.
Kita mesti punya kecerdasan untuk mengapresiasi apa pun yang ada pada diri kita saat ini. Ternyata, memang ada kecerdasan baru dalam dunia psikologi. Yaitu, kecerdasan mengapresiasi apa pun yang ada dalam diri kita.

Kecerdasan inilah yang menjadikan seseorang tidak pernah mengenal putus asa dalam hidup. Dari situ, saya simpulkan bahwa saya tidak sedang sick. Saya hanya pain.

Silakan Allah kasih apa saja buat diri saya. Dan saya akan berusaha untuk selalu bersyukur. (mn)

Sahabatku, Jangan Bersedih Lagi


Sore itu aku berencana menghadiri majelis ilmu yang diadakan setiap sepekan sekali. Sesampainya di tempat itu seperti biasanya aku dan teman-teman saling bertegur sapa, bercerita ini dan itu tentang kejadian yang teralami.

Tapi ada sesosok sahabatku, dia duduk berdiam diri tidak seperti biasanya. Aku mencoba mendekatinya, dengan pelan aku menyapanya, "Ukhti, kenapa dirimu seperti dalam kesedihan? katakanlah, apa yang membuat dirimu seperti ini?"

Sahabatku hanya diam, tapi dari kelopak matanya berlinang air mata, melihat kondisi seperti ini aku rengkuh bahunya, aku peluk dia.., kami berdua senjenak saling terdiam. Aku mencoba memahami apa yang dirasa oleh sahabatku ini. Aku duduk di depannya, ku genggam jemarinya seraya berkata "sahabatku jika kau percaya aku, katakanlah apa yang menjadi kesedihanmu kini? janganlah kau pendam sendiri beban itu di hatimu ..!"

Akhirnya sahabatku mulai berbicara walau dengan terbata-bata "Ukhti hatiku sedih, dua hari yang lalu ibuku telah menghadap Ilahi, ibu yang selama ini menjadi penyemangat hidupku...!" dia kembali menangis...
Aku berkata pelan..."istigfar sahabatku, istigfar...!" aku peluk dia erat-erat. Aku sangat memahami apa yang dia rasakan, karena aku sendiri pernah mengalami hal ini, ditinggal pergi oleh orang tua untuk selamanya menghadap Ilahi, orang tua yang sangat kita sayangi.

Dan kini sahabatku mengalami hal ini sama seperti diriku dulu. Aku mencoba memberinya semangat agar tidak bersedih, bahwa apa yang menimpa ibunya adalah kehendak dan Qadha (ketetapan) Allah SWT yang pasti, dan tidak bisa seorang manusiapun dapat mencegahnya. Kita harus mengikhlaskan kepergiannya, walau hati ini teramat sedih kehilangan orang yang paling kita sayangi.

Kesedihan seperti ini, siapapun pernah mengalaminya termasuk aku. Mungkin anda pernah membaca ayat ini ;
" Janganlah kamu besedih, sesungguhnya Allah bersama kita." ( At-Taubah : 40)
Bagaimana jika kita tetap merasa bersedih? ini artinya ada sesuatu yang salah pada hati kita. Dalam ayat di atas kita tidak perlu bersedih sebab Allah SWT beserta kita. Jika kita masih tetap bersedih artinya kita belum merasakan kedekatan kita dengan Sang Khaliq.

Yang dimaksud bersedih bukanlah berarti menangis. Menangis dalam rangka takut dan berharap kepada Allah SWT malah dianjurkan, supaya kita bebas dari api neraka. Bersedih yang dilarang adalah kesedihan akibat ketidaksabaran, tidak menerima takdir, dan menunjukkan kelemahan diri.
Bersedih itu manusiawi, bahkan Rasullullah saw pun bersedih saat ditinggal oleh orang-orang yang sangat beliau cintai. Namun Rasullullah saw tidak berlebihan dalam bersedih, segera bangkit dan kembali berjuang tanpa larut dalam kesedihan itu.

Rasullullah saw berdoa agar terhindar dari kesedihan;
"Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari ketakutan dan kefakiran, Ya Allah aku berlindung kepada-MU dari adzab kubur, tiada Tuhan kecuali Engkau ."( HR Abu Dawud).
Bagaimana supaya kita tidak bersedih? dari Al-Qur`an Surah At-Taubah :40, untuk menghilangkan kesedihan ialah dengan cara menyadari, mengetahui, dan mengingat Allah SWT bersama kita. Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi kita.

"Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram."(QS Ar Ra'd: 28).

Berdzikirlah saat mengalami kesedihan, ketakutan dan kecemasan.
Astaghfirullah....(Ampunilah aku ya Allah ),
Laa Haula Walaa Quwwata illa Bil-Laah.. (tiada daya upaya dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah),
Hasbunallahu wa Ni'mal Wakiil...(cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baiknya Pelindung).

Insya Allah kesedihan menjadi sirna, setelah berdzikir. Tentu saja bukan berdzikir di lisan saja tetapi harus sampai ke dalam di hati. Bersedih masih mungkin kita alami, tetapi tidaklah bersedih berlarut-larut, karena hidup berjalan terus.

Sahabatku jangan bersedih lagi, Allah SWT selalu bersama kita !

Jumat, 30 Maret 2012

Hidup adalah Anugerah Bagi Jiwa yang Ikhlas

Yang tinggal di gunung merindukan​ pantai.
Yang tinggal di pantai merindukan​ gunung.

Di musim kemarau merindukan​ musim hujan.
Di musim hujan merindukan​ musim kemarau.


Yang berambut hitam mengagumi yang pirang.
Yang berambut pirang mengagumi yang hitam.

Diam di rumah merindukan​ bepergian.
Setelah bepergian merindukan​ rumah.

Ketika masih jadi karyawan ingin jadi Bos supaya punya time freedom…
Begitu jadi Bos ingin jadi karyawan, biar gak pusing…

Waktu tenang mencari keramaian.
Waktu ramai mencari ketenangan​.

Saat masih bujangan, pengen punya suami ganteng/is​tri cantik.
Begitu sudah dapat suami ganteng/is​tri cantik, pengen yang biasa2 saja, bikin cemburu aja/ takut selingkuh.​.

Punya anak satu mendambaka​n banyak anak.
Punya banyak anak mendambaka​n satu anak saja.

Kita tidak pernah bahagia sebab segala sesuatu tampak indah hanya sebelum dimiliki.
Namun setelah dimiliki tak indah lagi.

Kapankah kebahagiaa​n akan didapatkan​ kalau kita hanya selalu memikirkan​ apa yang belum ada, namun mengabaika​n apa yang sudah dimiliki tanpa rasa syukur ?

“Semoga kita jd pribadi yang selalu bersyukur.​.Yg snantiasa​ b’syukur dngn berkah yg sudah kita miliki”.

“Bagaimana​ mungkin selembar daun yang kecil dapat menutupi bumi yang luas ini?

Jangankan bumi, menutupi telapak tangan saja sulit.
Namun bila daun kecil ini menempel di mata kita, maka tertutupla​h bumi!”
Begitu juga bila hati ditutupi pikiran buruk sekecil apapun maka kita akan melihat keburukan di mana-mana.
Bumi ini pun akan tampak buruk.
Jangan menutup mata kita, walaupun hanya dengan daun kecil.
Jangan menutupi hati kita, walaupun hanya dengan sebuah pikiran buruk/nega​tif!
Bila hati kita tertutup, tertutuplah semua…
Syukuri apa yg ada, karena hidup adalah anugerah bagi jiwa-jiwa yg ikhlas.

Kamis, 29 Maret 2012

 
Ketika fajar menyingsing, seorang lelaki tua berjalan-jalan di pinggir pantai  sambil menikmati angin laut yang segar menerpa bibir pantai . Di kejauhan dilihatnya seorang anak sedang memungut bintang laut dan melemparkannya kembali ke dalam air.

Setelah mendekati anak itu, lelaki tua itu bertanya heran, “Mengapa engkau mengumpulkan dan melemparkan kembali bintang laut itu ke dalam air?” “Karena bila dibiarkan hingga matahari pagi datang menyengat, bintang laut yang terdampar itu akan segera mati kekeringan, “Jawab si kecil itu.

“Tapi pantai ini luas dan bermil-mil panjangnya,” Kata lelaki tua itu sambil menunjukkan jarinya yang mulai keriput ke arah pantai pasir yang luas itu. “Lagi pula ada jutaan bintang laut yang terdampar. Aku ragu apakah usahamu itu sungguh mempunyai arti yang besar,” Lanjutnya penuh ragu.


Anak itu lama memandang bintang laut yang ada di tangannya tanpa berkata sepatahpun. Lalu dengan perlahan ia melemparkannya ke dalam laut agar selamat dan hidup.” kemudian dengan tersenyum pada lelaki tua itu, ia berkata “Aku membuat perubahan untuk satu hal. Satu Tindakan Sebuah kebaikan yang sederhana dapat membuat sebuah perubahan untuk keluargamu, temanmu, bahkan untuk wajah wajah asing yang kadang tidak kita kenal”. Saya yakin usahaku sungguh memiliki arti yang besar sekurang-kurangnya bagi yang satu ini.” Kata si kecil itu.


Pesan Moral : kadang kadang, kita selalu merasa tidak bisa berbuat apa apa seperti layaknya anak kecil itu, namun walaupun itu cuma tindakan kebaikan sederhana, tapi membuat begitu banyak perbedaan untuk Bintang laut itu sendiri

Ketika anda memberikan sedikit senyuman untuk orang lain, baik itu keluarga anda, teman anda ataupun orang asing yang anda temui, anda telah membuat perbedaan besar bagi mereka.

Tindakan kecil yang sederhana dapat membuat perbedaan besar kepada seseorang yang sedang membutuhkan. Menyelamatkan Bintang laut adalah sedikit aksi yang membuktikan kebenaran itu

Kita sering mendambakan untuk melakukan sesuatu yang besar, namun sering kali kita lupa bahwa yang besar itu sering dimulai dengan sesuatu yang kecil. Mulailah berbuat kebajikan pada hal-hal kecil, maka engkau akan diridhoi dalam hal-hal besar.

Arti Sebuah Kesempurnaan

 
Seorang lelaki yang sangat tampan dan sempurna merasa bahwa Tuhan pasti menciptakan seorang perempuan yg sangat cantik dan sempurna pula untuk jodohnya. Karena itu ia pergi berkeliling untuk mencari jodohnya. Kemudian sampailah ia disebuah desa. Ia bertemu dengan seorang petani yg memiliki 3 anak perempuan dan semuanya sangat cantik. Lelaki tersebut menemui bapak petani dan mengatakan bahwa ia ingin mengawini salah satu anaknya tapi bingung; mana yang paling sempurna.

Sang Petani menganjurkan untuk mengencani mereka satu persatu dan si Lelaki setuju. Hari pertama ia pergi berduaan dengan anak pertama. Ketika pulang,ia berkata kepada bapak Petani,”Anak pertama bapak memiliki satu cacat kecil, yaitu jempol kaki kirinya lebih kecil dari jempol kanan.”

Hari berikutnya ia pergi dengan anak yang kedua dan ketika pulang dia berkata,”Anak kedua bapak juga punya cacat yang sebenarnya sangat kecil yaitu agak juling.”

Akhirnya pergilah ia dengan anak yang ketiga. Begitu pulang ia dengan gembira mendatangi Petani dan berkata,”inilah yang saya cari-cari. Ia benar-benar sempurna.”

Lalu menikahlah si Lelaki dgn anak ketiga Petani tersebut. Sembilan bulan kemudian si Istri melahirkan. dengan penuh kebahagian, si Lelaki menyaksikan kelahiran anak pertamanya. Ketika si anak lahir, Ia begitu kaget dan kecewa karena anaknya sangatlah jelek. Ia menemui bapak Petani dan bertanya “Kenapa bisa terjadi seperti ini Pak. Anak bapak cantik dan saya Tampan, Kenapa anak saya bisa sejelek itu..?”"

Petani menjawab,” Ia mempunyai satu cacat kecil yang tidak kelihatan . Waktu itu Ia sudah hamil duluan…..”

Kadangkala saat kita mencari kesempurnaan, yang kita dapat kemudian kekecewaan. Tetapi kala kita siap dengan kekurangan, maka segala sesuatunya akan terasa istimewa.

catatan : Kadangkala saat kita mencari kesempurnaan, yang kita dapat kemudian kekecewaan. Tetapi kala kita siap dengan kekurangan, maka segala sesuatunya akan terasa istimewa.