Kamis, 03 Mei 2012

NASIB DAN TAKDIR

Bagi orang kebanyakan, sangatlah sulit memahami bahwa perkara hidup dan mati berada sepenuhnya didalam genggaman Allah SWT. Dalam hal ini, ada ketentuan waktu yang tidak dapat diubah oleh siapapun dan dalam keadaan bagaimanapun. Allah SWT telah memberikan petunjuk bagi kita perihal nasib dan takdir didalam Surat Al-Baqarah Ayat 246, 247, dengan menggambarkan para pemuka Bani Israel yang hidup setelah berlalunya masa Nabi Musa AS.

Tiadakah kamu perhatikan pemuka-pemuka Bani Israil sesudah (berlalu masa) Musa, ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka di masa itu:”Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami berperang di jalan Allah (dibawah kepemimpinannya).” Nabi mereka menjawab: ”Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang.” Mereka menjawab: ”Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, sedangkan kami telah diusir dari kampung halaman kami dan dari anak-anak kami?” Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, merekapun berpaling, kecuali beberapa orang saja dari mereka. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang dzalim. Nabi mereka berkata: ”Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu”. Mereka menjawab: “Bagaimana mungkin ia menjadi raja kami, sedangkan kami lebih berhak atas kerajaan (mengatur pemerintahan) daripadanya. Sedangkan iapun tidak dianugerahi banyak harta kekayaan?” Berkata Nabi Mereka (Samuel AS): ”Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.” Allah memberikan kerajaan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas Pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.

Sebelum kita lanjutkan pembahasan, marilah kita garis-bawahi bahwa orang-orang kaya menganggap diri mereka berhak mengatur orang-orang miskin. Mereka Lupa bahwa Allah SWT adalah Yang Maha Mengatur, Dia (Allah) bebas memberi kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Allah SWT telah menganugerahi Thalut (orang Israel menyebutnya Saul) ilmu pengetahuan dan keperkasaan jasmani untuk dapat memikul tanggung-jawab kepemimpinan dipundaknya. Artinya, ilmu pengetahuan lebih berdaya-guna daripada kekayaan harta. Lebih jauh lagi kita bisa memetik hikmah bahwa memenuhi syarat secara jasmaniah sekaligus ruhaniah sangat diperlukan untuk melaksanakan suatu pekerjaan. Kekayaan bukanlah ‘blanko Surat Mandat’ yang dapat digunakan semaunya sebagai dasar untuk mengatur orang lain.
Dengan nada putus asa, Bani Israil meminta kepada Nabi mereka agar diberikan tanda bahwa Thalut adalah pemimpin terpilih. Tanda ini terdapat dalam firman Allah SWT, Surat Al-Baqarah Ayat 248:

Nabi mereka bersabda, “Tandanya ia sebagai raja ialah kembalinya tabut (peti kayu) yang didalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu, serta sisa peninggalan keluarga Musa dan Harun; Para malaikat yang akan membawa tabut itu. Sesungguhnya yang demikian itu adalah tanda bagimu jika kamu orang yang beriman.
Selanjutnya, sebagian dari kelompok Bani Israil itu bersiap siaga untuk berperang di Jalan Allah SWT (Fisabilillah), sebagian lagi bersikap tenang, tulus menerima, dan sisanya sekedar ikut-ikutan bergabung. Allah SWT memiliki cara sendiri untuk memilah-milah mereka melalui ujian-Nya. Hal ini diuraikan pada ayat selanjutnya, dimana Allah SWT berfirman (Al-Baqarah Ayat 249-250):

Dan ketika Thalut keluar membawa pasukannya, ia berkata, “Sesungguhnya Allah akan menguji kalian dengan cobaan sebuah sungai. Maka siapapun yang meminum airnya bukanlah ia termasuk golonganku, dan siapapun yang tidak mencicipinya, kecuali hanya seceduk telapak tangannya, maka merekalah pengikutku. Tetapi merekapun meminum air sungai itu kecuali sebagian kecil dari mereka. Setelah ia (Thalut) dan orang-orang beriman yang bersamanya sampai ke seberang sungai, mereka (yang meminum air sungai) berkata, “Kita tidak lagi mempunyai tenaga untuk melawan Jalut (Goliath) dan tentaranya hari ini.” Tetapi, mereka yang berkeyakinan akan menemui Tuhan mereka berseru, “Betapa telah sering terjadi bahwa satu kelompok yang kecil bisa mengalahkan musuh yang besar atas izin Allah! Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. Dan ketika mereka berhadapan dengan Jalut dan pasukannya di medan pertempuran, mereka berdo’a: “Wahai Tuhan kami, curahkanlah kesabaran pada diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir”.
Kini kita mengerti bahwa, disini Allah SWT memilah orang-orang yang teguh keimanannya dari mereka yang Muslim sekedarnya saja dengan cobaan berupa sebuah sungai. Beberapa orang yang benar-benar beriman tidak hanya mengingatkan kaumnya perihal Kekuatan Allah SWT, tetapi mereka juga merendahkan diri mereka dihadapan Allah SWT dengan selalu berdo’a. Jadi, memamerkan ketaqwaan dan keteguhan iman seseorang bukanlah hal yang diperbolehkan. Sebagai hasil atas ketaatan, keteguhan, dan kesabaran mereka itu diterangkan dalam Surat Al-Baqarah Ayat 251, dimana Allah SWT berfirman:

Dan mereka (tentara Thalut) mengalahkan pasukan Jalut atas izin Allah. Daud (salah satu dari mukmin, dan waktu itu belum menjadi Nabi) menewaskan Jalut. Allah menganugerahkan kerajaan dan hikmah kebijaksanaan kepada Daud, dan mengajarinya apa-apa yang Dia kehendaki. Sekiranya Allah tidak menundukkan keganasan segolongan orang dengan golongan yang lain, niscaya telah rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas alam semesta".
Penting digaris-bawahi disini Allah menggunakan kata ‘sedikit’ sampai tiga kali didalam firman-Nya diatas. Pertama, sangat sedikit dari mereka yang bersedia berperang ketika kewajiban itu diturunkan atas mereka. Kemudian, sangat sedikit diantara mereka yang tidak minum air sungai. Dari sedikit yang tersisa itu, beberapa diantaranya tidak bersedia bertempur melawan Jalut ‘sang adi-daya’. Pada akhirnya, tinggal sejumlah kecil saja, yang memiliki keyakinan seutuhnya atas nasib dan takdir, berani menghadapi situasi (pertempuran) yang nyata. Allah SWT memberi ganjaran kepada mereka, selain berupa kemenangan, juga kerajaan/kekuasaan, dan mengajarkan kepada mereka berbagai bentuk hikmah. Allah berfirman dalam Surat Al-Baqarah Ayat 269,

Dia (Allah) menganugerahkan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki, dan barang siapa memperoleh anugerah hikmah sungguh ia telah mendapatkan karunia yang amat banyak. Namun, tiadalah yang mengingat yang demikian ini selain Ulul-Albab (orang-orang yang berpengetahuan).
Marilah kita tengok Khalid bin Walid RA, seorang sahabat Rasulullah Muhammad SAW yang telah ikut bertempur dalam banyak peperangan. Sulit untuk mendapati bagian tubuhnya yang tidak terdapat bekas-bekas luka. Khalid RA mendambakan dirinya gugur sebagai syuhada’, namun pada akhirnya ia wafat di tempat tidurnya sendiri di rumahnya. Nah, kini anda mengerti bahwa hidup dan mati mutlak berada dalam genggaman Allah SWT semata.

Karenanya, maka sangatlah penting bagi kita untuk memiliki keyakinan (iman) yang utuh dalam hal nasib dan takdir, dan atas perkenan Allah SWT sajalah kita meraih keberhasilan.
Semoga Allah SWT meneguhkan Iman kita terhadap Nasib dan Takdir. Amiin.


Tidak ada komentar: