Selasa, 13 Maret 2012

Apa yaa? Apakah hidup ini khan lebih baik dari mimpi bag 9

“Eh Kak, iya nih sampe lupa. Kata Kak Icha, maaf
flashdisk-nya kena virus gitu deh.”
“Virus..?! that’s fine, kita tumpas dulu virusnya, hehee..”
Rama sedikit tertawa.
Aldy dan Ronee pun ikut tertawa.
Usai scanning virus, Rama menyalinkan cerita tersebut ke
sebuah cakram CD-R yang kemudian ia berikan kepada Ronee.
“Ini dek Ronee, ceritanya udah kakak salin, selamat
membaca yaa.”
“Makasih, Kak.”
Sesaat kemudian mereka berpamitan untuk pulang.
-¤¤¤-
 
“Aldy, main ke warnet yuk!!” ajak Ronee.
“Gak akh, mau ngapain coba.”
“Ayo lah.. cuman bentar kok,” ajak Ronee lagi sedikit
menyeret tangan Aldy. Dengan sedikit terpaksa Aldy menuruti
ajakan Ronee, mereka pun pergi menuju ke warnet.
Masuklah mereka ke warnet, Ronee duduk tegap di
hadapan monitor sedang Aldy berada di sebelahnya.
“Mau nyari apaan?” tanya Aldy.
“Yaa apa aja..”
 
Entah di sengaja atau nggak Ronee membuka sebuah
situs yang memang ‘terlarang’.
“Ron, lihat tuh ada peringatan!” Aldy mengingatkan
Ronee untuk tidak membuka halaman tersebut sambil
menunjuk tulisan yang terpampang di dinding, di hadapannya.

:: TIDAK DIPERKENANKAN DAN TIDAK DIBENARKAN
MENGAKSES HALAMAN YANG MEMUAT KONTEN
PORNOGRAFI DAN KEKERASAN. JANGAN COBA-COBA,
BILA KAMU GAK MAU KENA JITAKK!!! :::

Baru juga Aldy mengingatkan, di layar monitor muncul
pesan 
“SILAKAN TUTUP HALAMAN INI. JIKA TIDAK,
KOMPUTER ANDA AKAN DIMATIKAN SEGERA!”

Namun Ronee tak mengindahkannya, ia tetap tak menutupnya.
Hingga dalam 5 detik setelah itu, akhirnya komputer pun mati
dan tak hanya komputer yang dipakai Ronee saja yang mati,
tapi juga seluruh komputer yang ada dalam jaringan,
terkecuali komputer server tentunya tetap menyala.
“Waduhh.. kok mati sih. Mati lampu gitu? Kan engga!!”
ucap pengguna komputer sebelah yang lagi asyik chat.
“Jiaah, masa gue kudu ngetik ulang?! Belom di save ...!!!
haeuuh..!!” kata user lain yang kesal bener.
“Hmm.. ini tu kayaknya ada yang ngakses situs ‘terlarang’
deh,” ucap user lainnya.
“Siapa yah?!” tanya penjaga warnet yang satu lagi.
“Mesti dijitak nigh..!!” kata user lain kesel.
 
Ronee dan Aldy pun panik. “Aldy, cepetan pulang yukk.!!”
ajak Ronee.
Mereka langsung saja cabut keluar dari warnet takut
ketahuan bahwa itu adalah ulahnya.
“Mungkin mereka tuh,” ucap pengguna yang tadi di
sebelah Ronee.
“Uuuh.. anak-anak nakal..!!”
“Heuuh ada-ada aja..”
-¤¤¤-

“Tuh kan kata aku juga,” ucap Aldy agak menyalahkan
Ronee.
“Iyaa.. maaf Aldy”
“Kita ke Kak Rama aja yuk!” ajak Aldy.
“Mau apa lagi, kan tadi udah?” tanya Ronee.
“... Oh iya, minta kak Rama buat benerin komputer.
Ayooo...!!” Aldy teringat akan komputernya yang kena virus
itu.
“Ayoo, kenapa gak dari tadi pas berikan flashdisk,
bilanginnya.”
“Yaa, tadi sih gak keingetan aja..”
Kebetulan mereka bertemu dengan Rama yang baru akan
keluar halaman rumah dengan motornya.
“Kak..!!” sapa Aldy.
“Yaa, Dik ada apa, ada yang tertinggal?” tanya Rama.
“Ahh nggak, mmm.. bisa benerin komputer Aldy gak,
Kak. Yang kena virus itu?”
“... Bisa dicoba, sekarang?”
“Iya Kak, soalnya mau dipake, itu juga kalo gak ganggu.”
“Ah nggak. Kalo gitu, ayo naik motor Kakak!” Rama tak
bisa menolaknya, walau sebenarnya ia ada urusan lain.
“Yah gagal lagi nih ke warnet-nya, tapi tak apalah. Moga
aja ada Aisycha, mmm.. Aisycha.” Walau begitu, hatinya tetap
berseri ketika menyebut nama Aisycha.
 
Dan mereka pergi menuju rumah Aldy.
Namun di perjalanan Ronee berkata, “Kak, Ronee gak
jadi ikut ke rumah Aldy. Soalnya gak bisa lama-lama nih,
bentar lagi akan pergi bareng keluarga. Anterin dulu ya, Kak!”
“Yaa boleh..”
“Yaahh, kok gak ikut..” keluh Aldy.
Motor pun membelokkan arah menuju rumah Ronee.
Usai mengantar Ronee pulang, sampailah mereka berdua
di rumah Aldy.
“Sampai jugaa,” ucap Aldy.
“Ayo Kak!”
“Yuk!!”
Mereka melangkah menuju depan pintu rumah.
“Tett..teett.tet..” bel berbunyi.
“Assalamu’alaikum, yaah, ayah,” ucap Aldy.
Kedatangan mereka disambut hangat oleh Pak Hijri,
ayahnya Aldy.
“Wa’alaikumsalam.. Ronee-nya ke mana Aldy?”
“Ronee gak ikut, udah pulang, Yah.”
“Ehh kayaknya pernah bertemu..” kata ayah Aldy sambil
menunjuk Rama.
“Eh, Om yang ketemu di mushola itu kan? Om Iji? Apa
kabar Om?” tanya Rama.
“Iya, Baik..” jawab ayah Aldy tersenyum.
“Ohh.. Jadi Om ini ayahnya Aldy toh?”
“... Nggak nyangka yaa, bisa bertemu lagi. Eeh, silakan
masuk,” katanya lagi.
 
Sambil berjalan, Aldy bertanya pada ayahnya itu, “Ayah
udah pernah bertemu kak Rama gitu?”
“Ya, Iya, Aldy..”
“Yah, kak Rama ini mau benerin komputer Aldy yang
kena virus.”
“Ohh begitu.. Eee.. mari silakan duduk!” ucap Pak Hijri
mempersilakan Rama duduk.
“Iya Om, makasih.”
“Aldy, bikinin air yaa, buat Kak Rama!” kata Pak Hijri.
“Beress, Yah!”
“Nak Rama Om tinggal dulu.”
“Iya Om..”
 
Kemudian Pak Hijri beranjak dari tempat duduk dan
menuju ke kamarnya. Sebelumnya Pak Hijri bertanya pada
putranya, “Aldy udah Dzuhur?”
“Belum..” jawab Aldy.
“Kak Rama udah Dzuhur?” ucap Aldy lagi malah bertanya
pada Kak Rama, sambil ia menyajikan minum.
“Udah donk, dek.” Rama tersenyum.
“Aldy, Dzuhur dulu ah,” ucap Aldy sumringah.
Menunggu Aldy selesai Sholat Dzuhur, ayahnya siap-siap
buat berangkat.
“Nak Rama, Om nggak bisa nemenin lama nih. Om
bentar lagi mesti berangkat. Mau ngajar kursus dulu.”
“Ya Om..”
 
“Nanti ada Aisycha, putri Om. Sebentar lagi pulang kok.”
“Oh iya. Mmm.. Om ngajar kursus Bahasa Inggris ya?”
“Kok tahu?”
“Mmm.. Kelihatan aja tadi Om bawa buku materi
English,” ucap Rama teringat Pak Hijri yang tadi pemegang
buku, ketika di teras depan.
“Memang benar, Om ngajar Bahasa Inggris. Tadinya Om
ngajar di Bandung, namun Om ditarik buat mengajar di
Jakarta, baru kemarin itu juga, dua hari setelah pindahan dan
kebetulan hari ini ngajar siang.”
“Oooh...”
Tiba-tiba saja,“Assalamu’alaikum..” pintu depan terbuka.
Ternyata dibukakan oleh Aisycha yang sudah pulang dari
sekolah.
“Wa’alaikumsalam..” jawab yang di dalam rumah.
Si Adik muncul seusai Sholat Dzuhur, “Tuh kakak udah
pulang.”
 
Ayahnya menghampiri ke depan.
“Ayah belum berangkat?” tanya Aisycha.
“Baru mau berangkat” jawab ayahnya.
“Ada tamu, Kak,” ucap Aldy cengengesan.
“Iya, ada tamu tuh,” ayahnya menambahkan.
“Siapa..” tanya Aisycha.
“Yang kemareen..” ucap si adik sedikit mengangkat
alisnya.
“Siapaaa...??” tanya Aisycha lagi tambah penasaran.
“Ada dehh..” jawab si adik menahan tawanya.
 
Sambil mengambil tas, ayahnya berpesan kepada
mereka.
“Ya udah, ayah berangkat dulu, baik-baik di rumah yaa.”
“Iya Ayah,” jawab mereka berdua sambil salaman.
“Nak Rama ditinggal dulu, Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikumsalam,” jawab semuanya.
“Hahh, Kak Rama?! Kok bisa? Ada apa yaa?!” ucap
Aisycha agak dipelankan.
“Kenapa Kak, kaget gitu, kangeen yaa?” bisik si adik yang
senyam-senyum gak jelas, ngeledek.
Aisycha menghampiri tamunya, Rama.
“Eh Kak Zik, udah lama?” tanyanya sambil tersenyum.
“Nggak kok baru bentar...” jawab Rama membalas
senyumannya.
“Ayo Kak, benerin komputernya,” ajak si adik pada Rama,
udah gak sabaran.
“Aku tinggal dulu yaa..” Aisycha beranjak ke kamarnya,
meninggalkan mereka berdua berkomputer ria.
 
Aisycha kembali dan menghampiri mereka yang lagi asyik
melihat-lihat program apa saja yang terpasang.
“Komputernya belum di pasang Antivirus yaa, Cha?”
tanya Rama, membuka pembicaraan dengan Aisycha.
“Iya tuu.. belum sempat.”
Untungnya Rama selalu menyimpan sebagian master
program [baca: installer] dan juga aplikasi-aplikasi portable
yang sering dibutuhkan dalam kondisi darurat seperti ini. Baik
antivirus maupun tools lainnya.
 
Lalu Rama memulai memasang antivirus, yang memang
masih bisa dilakukan walau komputer dalam kondisi terjangkiti
virus untuk kasus komputer yang ia tangani ini.
“Lihat ni dek, kita basmi virus-virus nakalnya.”
“Mana kak?” si adik khusyuk banget liatinnya.
“Tuh. Karena ini virus lokal, kita bisa gunakan antivirus
lokal juga, ampuh kok,” tegas Rama.
“Virus lokal, Kak?!” tanya Aldy.
“Iyaa, virus dan antivirus lokal, made in Indonesia. Kita
bisa gunakan antivirus PC Media Antivirus, SmadAV, Ansav,
atau yang lainnya.”
“Awas Kak, nanti flashdisk kakak kena virus lagi, kayak
kemarin,” ucap Aisycha.
“Gak apa-apa, don’t worry..!! flashdisk-nya sih pasti kena
virus, tapi tak apa. Kita masih bisa kok menjelajah isinya
walaupun folder maupun file sengaja dijadikan tersembunyi
oleh virus,” tegas Rama lagi.
“Tuh Dek, ... seru kan kalo virusnya kena!”
“Iya, seruuw juga.”
“Tapi nggak seru kalo terkena virusnya mah. Gimana ya
biar gak bisa kena virus selamanya?” ucap Aisycha.
“Hehee... Ya yang terpenting itu hati-hati saja, instal
 
antivirus yang ter-update. Kalo gak mau kena lagi sama virus,
cara terampuhnya beralih sistem operasi saja. Gunakan saja
Linux atau cobain komputer Mac buatan Apple yang harganya
agak ‘wah’ bagi kebanyakan orang.
“Ini komputernya udah clean dari virus. Flashdisk kamu
di-scan sekalian aja coba, pasti masih ada virus-nya tuh.”
“Iya, ini Kak.”
“Mmm.. beres juga akhirnya..”
“Horeeey..” ucap Aldy girang.
“Oh ya Cha, pasang internet nggak?”
“Nggak Kak, belum.. mangnya kenapa gitu?” tanya
Aisycha.
“Ahh, nggaa.. Kalo ada sih, mau sekalian nebeng buat
upload file.. hahaa..”
“Heuheuu.. ada-da aja nie..”
“Karena semuanya sudah beres, kakak pergi pulang yah.
Sekalian mau ke warnet dulu. Gak apa-apa kan dek?” ucap
Rama.
“Yaa, Kakak.. baru aja bentar.”
“Nanti deh kapan-kapan kakak mampir maen lagi ke sini.”
“Yaa, deh kalo begitu,” kata Aldy.
“Eh, sampai lupa flashdisknya,” ucap Rama.
“Ini Kak,” ucap si adik memberikan flashdisk, namun
entah yang mana yang diberikannya pada kak Rama, soalnya
flashdisk-nya sama persis.
-¤¤¤-
 
Beberapa saat kemudian Rama pergi dengan motornya
menuju ke warnet.
Sesampai di sana, pada waktu Rama hendak membuka
flashdisk itu untuk meng-upload file. Terdapat sebuah
kejanggalan.
“Wah, mana filenya kok gak ada di UFD gue, tadi kan
ada?!” Rama sempat kaget.
 
Setelah ia lihat-lihat isi flashdisk-nya, ia tersadar bahwa
flashdisk-nya tertukar dengan flashdisk punya Aisycha. Namun
ia tertarik juga untuk membuka sebagian file milik Aisycha
yang kini ada di genggamannya.
Lalu ia buka sebuah file yang namanya ‘Sepintas Dalam
Hatiku’
“Weisss, kayaknya seru nih. Sepertinya berbicara tentang
cinta, hahaa. Baca ahh,” ucap Rama dalam hati kecilnya.
Ia mulai membacanya dan kaget, sungguh.
“Lah.. ini tulisan kok tentang diriku ini.” Ia membacanya
terus dan terus.
“Hampa hati ini tak terasa saat
kubertemu tak sengaja dengan sesosok
pria baik hatinya [mungkin, ku hanya
baru menduga]. Zikr Ramadhan, itulah
namanya, kupanggil ia dengan sebuah
nama: Zik, Kak Zik. Sebuah nama yang
buatku mengaguminya dan rasanya tak
hanya sekedar mengagumi saja. Apakah
kini di hatiku telah bersemayam rasa
cinta?? Entahlah.. Dirinya barusan
kukenal sepulang sekolah tadi,
terhitung sekitar tiga jam sebelum
kutulis catatan ini. ... ”

Begitulah sebagian isi dari catatan tersebut.

“Mmm.. bagus juga. Sekarang ku merasa yakin, Aisycha
adalah benar-benar cintaku. Hmm.. ternyata Aisycha juga
suka padaku.”
Lalu, Rama melihat-lihat lagi catatan yang lainnya. Dan
kini tak hanya itu saja yang ia ketahui, kini Rama lebih tahu,
tahu lebih tentang siapa Aisycha. Dengan membaca sebagian
catatannya, Rama jadi tahu bahwa Aisycha adalah putri
pertama yang di lahirkan dari rahim seorang ibu yang
bernama Citra Aisyah Nurul Fitri yang ternyata telah lama
meninggal.

“Ya Allah, pantesan saja, aku gak pernah lihat ibunya.
Dan ternyata namanya juga hampir sama yaa. ” lirih Rama.
“Yaa, jadi keasyikan gini baca catatan seseorang.”
“... Waduwhh, apa Icha baca tulisanku juga yaha?! Bisa
berabe nie.. Ah, kembalikan saja dulu ini flashdisk, siapa tahu
dia lagi membutuhkannya. Soal tulisan-tulisanku dibaca
olehnya atau nggak, itu urusan nanti.”
Rama keluar dari warnet tersebut, dan buru-buru pergi
ke rumah Aisycha.
-¤¤¤-
 
Di tempat lain, setelah Zikr Ramadhan pergi. Aisycha
merasa penasaran dengan sebuah cerita yang dibaca adiknya
semalam dan juga tadi pagi.
Sebelum Aisycha hendak membaca cerita itu. Ia
membuka-buka flashdisk yang dikira miliknya itu.
“Ihh, kok begini?! Ini mah bukan bukan flashdisk
punyaku. Jangan-jangan ketuker lagi,” ucap Aisycha.
Dan ia teringat akan catatannya di flashdisk miliknya itu,
“Aduh gawattt.. gimana kalo Kak Zik buka-buka fileku dan
baca-baca catatanku? Pastinya aku akan maluu bangedh..
hheuu.. Ku harus cepat-cepat menyusulnya, sebelum Kak Zik
membaca catatanku.” Ia panik.

Tidak ada komentar: